Sunday, October 4, 2009

Orang yang Menguasai Sebuah Buku

Saya selalu gemar mengumpulkan buku-buku walaupun bukan semuanya dibaca. Dalam kesibukan sekarang ini juga kadang-kadang menggunakan waktu sempit untuk jalan-jalan ke daerah Kanda yang dipenuhi dengan toko-toko buku, dan juga sering mengenang nostalgia dua puluh tahun lalu. Waktu itu tidak lama seusai perang, kehidupan masyarakat sedang berada dalam sebuah jurang penderitaan yang sulit untuk diutarakan. Karena keluarga saya berusaha di bidang pengelolaan rumput laut, sehingga masih dapat mendagangkan barang kami dengan barang lain, dan memungkinkan adanya tabungan walaupun jumlahnya sedikit. Ketika mendapatkan uang, saya yang sedang berada dalam masa remaja pada usia delapan belas - sembilan belas tahun, akan pergi ke Kanda untuk membeli buku. Dengan kaki yang letih saya mengunjungi setiap toko buku. Ketika saya berhasil menemukan buku murah dan juga buku yang saya inginkan, saya membelinya dengan gembira dan pulang ke rumah dengan semangat. Semenjak itu hingga beberapa tahun kemudian, saya mempunyai kebiasaan untuk sering berlangganan ke toko buku di Kanda pada malam hari.

Suatu pagi hari di musim semi, saya yang sedang sakit sambilan berjemur di sinar matahari pagi dan membaca buku, tiba-tiba sebuah kalimat dengan kuat mendapatkan perhatian saya, "Anda haruslah menjadi seorang yang menguasai sebuah buku". Membaca sebuah buku dengan teliti dan memikirkannya secara mendalam sehingga menjadi orang yang menguasai sebuah buku. Saya menganggap ini merupakan cara membaca buku yang sangat tepat dan penting. Besarnya pengaruh sebuah buku terhadap kehidupan seseorang adalah tidak dapat dibayangkan. Baik sastrawan besar seperti Goethe maupun Tolstoy, semuanya mempunyai 'sebuah buku'. Dan buku ini telah menjadi tiang kehidupan dan dasar dari semua karya tulisan yang terkenal dari mereka. Ini adalah sebuah contoh baik yang sangat terkenal. Teori ini juga berlaku bagi orang biasa seperti kita. Buku manakah yang harus dipilih? Ini adalah tergantung pada kebebasan kita masing-masing. Membaca sebuah buku dan diulang lagi sepuluh kali, seratus kali, hingga menjadi darah daging sendiri, dan kemudian digunakan dalam kehidupan sendiri. Ini merupakan sebuah hal yang sangat menggembirakan. Sekarang pun sama. Dalam lingkungan yang semakin kacau dan tidak menentu pandangannya, kita semakin tidak boleh kehilangan arah diri sendiri. Saya menganggap semangat yang sanggup bertahan dalam lingkungan demikian semuanya ditentukan oleh tekad hati untuk menjadi orang yang menguasai sebuah buku. Ketika kita menguasai sebuah buku dan menjadikan buku tersebut sebagai tiang pokok kehidupan, maka pasti akan menimbulkan minat terhadap buku-buku lain.

Orang yang tangannya selalu ada buku, dan membacanya halaman demi halaman, pasti dapat membangun sebuah fondasi untuk memikirkan secara mendalam dan mempertimbangkan matang-matang terhadap hal apapun juga. Seorang ahli filsafat pernah mengatakan, "Keluarga yang tidak membaca buku, adalah seperti keluarga yang tidak ada tuan rumahnya". Orang yang sungguh-sungguh menguasai sebuah buku adalah seperti orang yang kehidupannya ditatah dengan benang emas, begitu kuat hingga tidak akan hancur selamanya.

-Daisaku Ikeda

No comments: